Bioetanol adalah energi terbaru bagi Indonesia. Senior Vice President Research & Technology Innovation PT Pertamina (Persero), Oki Muraza, mengatakan, produksi bioetanol dari batang sorgum tidak hanya menjadi sumber energi baru tersebut, tetapi merupakan inovasi yang memungkinkan penjualan bahan bakar untuk keluarga dan penduduk, dan membawa keberhasilan dalam tumpahan industri sorgum, nabati dan bioetanol.
Bahan baku yang mengandung lignoselulosa untuk produksi bioetanol terdiri dari enam kelompok utama: sisa tanaman (ampas tebu dan sorgum manis, brangkasan jagung, berbagai jenis jerami, sekam padi, batu zaitun dan pulp), kayu keras (aspen dan poplar), kayu lunak (pinus dan poplar). cemara), limbah selulosa (misalnya kertas bekas dan lumpur kertas daur ulang) dan biomassa herba (jerami alfalfa, switchgrass, dan jenis rumput lainnya). Proses produksinya didasarkan pada sakarifikasi, hidrolisis, fermentasi, distilasi, dan kemudian pemurnian.
Pemerintah telah mulai menggenjot pengembangan industri bioetanol melalui sejumlah program. Program tersebut antara lain memasukkan bioetanol dalam campuran bahan bakar kendaraan bermotor yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Pemerintah juga telah menawarkan berbagai insentif, termasuk keringanan pajak bagi produsen bioetanol, untuk mendorong pemanfaatan sumber energi alternatif ini. Implikasinya adalah pemanfaatan bioetanol akan mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar fosil dan menurunkan harga di pasar domestik. Selain itu, pemanfaatan bioetanol diharapkan dapat memberikan kualitas lingkungan yang lebih baik dan manfaat sosial. Pemerintah juga telah menetapkan target produksi etanol, dan bermaksud meningkatkannya menjadi 11% pada tahun 2025.